BLORA - Ribuan ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Senam Cinta Tanah Air (Sicita) dari 295 desa di Kabupaten Blora mendapatkan informasi terkait stunting.
Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting di Blora di atas rata-rata nasional, yakni 25,8 persen. Dengan adanya sosialisasi bagi ibu-ibu ini, diharapkan dapat membantu menurunkan angka stunting di kabupaten tersebut.
“Ibu-ibu yang diundang untuk senam bersama ini agar membantu pemerintah Kabupaten Blora dalam menurunkan angka stunting,” kata Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto.
Dia prihatin karena angka stunting di Kabupaten Blora yang cukup tinggi di Jawa Tengah. Untuk menurunkan stunting ini, Edy menyebutkan bahwa perlu peran seluruh pihak. Termasuk masyarakat itu sendiri.
Sebanyam 5000 Ibu dari Kelompok Sicita ini menurut Edy sudah memiliki bekal keinginan untuk sehat. Sebab sudah rutin sehat. Sekarang tinggal diberikan bekal agar memiliki pengetahuan terkait pencegahan dan penanganan stunting.
“Mereka ini yang nantinya menularkan pengetahuannya kepada masyarakat tentang risiko stunting, bagaimana menyelesaikan stunting jika ditemukan kasus, dan dapat memanfaatkan modal yang dimiliki untuk menangani stunting,” kata legiselator dari Dapil Jawa Tengah III ini.
Pemerintah merencanakan pada 2024 angka stunting bisa ditekan hingga 14 persen. Secara nasional, angka stunting Indonesia adalah 21,6 persen. Untuk menurunkan stunting secara nasional, maka daerah yang masih berisiko atau banyak anak stunting harus dievaluasi.
“Ini memerlukan peran ibu-ibu. Peran masyarakat penting,” ucap politisi PDI Perjuangan ini.
Lebih lanjut Edy menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan angka stunting di Kabupaten Blora tinggi. Di wilayah ini kemiskinan tinggi, pernikahan dini marak, dan secara geografis juga cukup sulit. Sehingga tidak heran jika angka stunting di wilayah ini cukup tinggi.
“Pemda butuh dukungan seluruh pihak termasuk peran DPR RI,” ungkapnya.
Sebenarnya Blora sudah memiliki bekal untuk menanggulangi stunting. Salah satunya dengan pemanfaatan pangan lokal. Edy menyebutkan bahwa Blora memiliki daun kelor yang melimpah. Sumber daya ini merupakan barang mudah dan murah. Untuk protein hewani, bisa mengandalkan hasil ternak. bisa juga mengkonsumsi ikan air tawar.
“Hari ini Kepala BKKBN membagikan 10.000 bibit lele. Semoga ini bisa menginisiasi masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan dengan ternak lele. Hasilnya bisa dikonsumsi,” ucapnya. Jika dilakukan secama masif, Edy optimis ini jadi peluang baru bagi Kabupaten Blora.
Kehadiran Kepala BKKKBN Hasto Wardoyo pun diharapkan menjadi dukungan untuk melakukan perubahan. Edy berharap pemerintah pusat dan daerah terus bersinergi dalam memerangi stunting ini.
“Ini apresiasi kepada Kepala BKKBN yang mau hadir di blora. Maka kita jawab dengan gerakan dari ibu-ibu Kelompok Sicita agar jadi kekuatan baru,” beber Edy. (Ag)