BLORA,– Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blora memberikan pendampingan kepada 9 Sekolah berwawasan lingkungan. Sekolah-sekolah tersebut didampingi, melaju ke lomba Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2023.
Fungsional Pada Bidang Peningkatan Kapasitas Dan Penanganan Pengaduan Lingkungan Hidup, Anggun Yohana Purwa mengatakan 9 sekolah tersebut terdiri 3 dari SD, 3 dari SMP, 2 SMA dan 1 SMK.
Dari 9 sekolah tersebut diantaranya, SD Negeri Ketileng 2, Kecamatan Todanan, SD Negeri Jiken 5, Kecamatan Jiken dan SD Negeri Tambaksati 1, Kecamatan Blora, SMP Negeri Banjarejo 1. SMP Negeri 1 Banjarejo, SMP Negeri 2 Kunduran, SMP Negeri 3 Kunduran. Sedangkan SMK Negeri 1 Blora, SMA Negeri Randublatung dan SMA Negeri 2 Cepu.
“Untuk tingkat SMA, SMK dan SLB walaupun kewenangan sekolah di bawah naungan Dinas Pendidikan Provinsi, tapi secara pembinaan sekolah calon adiwiyata tetap pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota,” terang Anggun, Senin (06/02/2023).
Melalui bimbingan teknis tersebut diharapkan sekolah-sekolah tersebut semakin siap untuk menjadi sekolah adiwiyata.
"Sebagai calon sekolah adiwiyata ini harus melengkapi beberapa persyaratan. Ada beberapa yang perlu disiapkan, misalnaya silabus, Rencana Program Pembelajaran (RPP), proses belajar di sekolah juga akan dilihat, seperti apa pembelajaran lingkngan yang diberikan kepada siswa," terang Anggun.
Ia menjelakan sekolah adiwiyata saat ini lebih menekankan kepada implementasi dari proses pembelajaran.
Untuk implementasi, yang memuat pembelajaran untuk peduli lingkungan, sehingga melalui kurikulum tersebit bisa langsung diimplementasikan dalam pelajaran.
“Proses pembelajaran akan diturunkan melalui silabus dan RPP secara otomatis akan masuk pada materi pembelajaran,” jelas Anggun.
Lebih lanjut, Anggun menambahkan, dari pelajaran tersebut diharapkan dapat membentuk karakter sekolah berwawasan lingkungan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Kalau sudah diterapkan, nantinya juga akan terbentuk sebuah kebiasaan. Memang dipaksa lewat aturan, tetapi nanti akan ada dampak pembiasaan,” ujar Anggun.
Anggun juga menyampaikan, sekolah calon adiwiyata tingkat Provinsi ini membutuhkan kerja keras dari semua pihak. Untuk itu diperlukan sinergi dari seluruh warga sekolah, baik kepala sekolah, guru, siswa hingga karyawan. Meski demikian, yang tak kalah penting adalah komitmen dari sekolah tersebut untuk menerapkan kepedulian lingkungan.
“Jika sudah ada pemahaman, dan mulai ada pembiasaan dalam pembelajaran. Diharapkan nanti juga ada perubahan perilaku, baik siswa maupun guru. Setelah menjadi sekolah berwawasan lingkungan, nanti akan kami dampingi menuju sekolah adiwiyata tingkat Provinsi,” beber Anggun.
Meski demikian, keinginanan untuk menjadi sekolah adiwiyata tingkat Provinsi jangan sampai memberatkan sekolah dan siswa.
“Sekolah adiwiyata bukan lomba, yang terpenting adalah bagaimana pembelaraja agar warga sekolah berwawasan lingkungan. Tidak hanya diperaturan saja, tetapi lebih pada kesadaran, sehingga menjadi karakter,” pungkas Anggun.(**)